Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu terkenal dengan kefasihannya dalam berbicara. Berikut ini nukilan perkataan beliau tentang takwa, yang indah dan penuh faidah. Kata beliau, takwa adalah:
Penjelasan ringkas:
الخوف من الجليل
1. Takut kepada Allah Ta’ala
Kenapa ada orang yang hidup semaunya sendiri? Kata Nabi Nuh, karena ia tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya.
مَّا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارً
Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah?. (Nuh: 13).
Takwa adalah penanaman pengagungan kepada Allah. Oleh karena itu, bentuk ujian takwa adalah seseorang diberi kemudahan dan fasilitas untuk bermaksiat pada saat sendirian. Dalam kondisi seperti itu akan terbukti mana orang yang bertakwa dan mana yang tidak. Allah berfirman:
لِيَعْلَمَ اللَّهُ مَن يَخَافُهُ بِالْغَيْبِ
Agar Allah mengetahui siapa yang takut kepada-Nya, meskipun dia tidak melihat-Nya. (Al-Ma’idah: 94).
Orang yang dalam hatinya tidak ada ketaatan maka tidak akan bisa mengendalikan diri. Ia gagal dalam ujian takwa.
Khalifah Umar Abdul Aziz berkata: Takwa bukanlah (diukur) dengan shalat malam atau puasa di siang hari. Takwa adalah meninggalkan hal-hal yang diharamkan Allah dan mengerjakan kewajiban-kewajiban. Meninggalkan yang diharamkan Allah hanya akan dilakukan oleh mereka yang betul-betul bertakwa. Sebab mereka tahu bahwa Allah mengawasinya.
والعمل بالتنزيل
2. Mengamalkan Al Qur’an dan Sunnah
Orang bertakwa benar-benar siap melaksanakan apa yang Allah turunkan, yaitu Al Qur’an dan Sunnah. Sebelum itu, ia pasti akan mempelajari keduanya. Karena bila tidak mengetahui kandungannya, mustahil ajarannya bisa dia amalkan. Orang bertakwa juga tidak mungkin benci cinta Al Qur’an dan Sunnah, karena sumber ketakwaan ada di sana. Allah bersumpah bahwa kalau ada orang tidak mau ridha dan menerima Al Qur’an pastilah dia tidak beriman.
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An Nisa: 65).
Kalaupun ada orang yang belum sanggup mengamalkan perintah Nabi, hendaknya ia memiliki ketundukan. Ia mengakui kelemahan dirinya. Bukan malah menentang perintah Nabi. Orang yang tidak berjilbab namun mengakui wajibnya memakai jilbab itu lebih baik daripada orang yang berjilbab tapi menentang kewajiban memakai jilbab dari Allah ta’ala.
والرضا بالقليل
3. Ridha dengan pembagian yang sedikit.
Orang yang bertakwa tahu bahwa semua yang terjadi di dunia ini berdasarkan takdir Allah. Allah membagi rezeki dunia tidak berdasarkan kecintaan Allah. Ada orang kafir dan melampaui batas, namun Allah jadikan ia kaya raya. Disisi lain, banyak orang yang mukmin dan rajin shalat namun Allah takdirkan menjadi fakir. Yang benar, tanda kecintaan Allah adalah ketika seseorang diberi keistiqomahan dalam Agama. Ingatlah bahwa di akhirat, seluruh harta dunia ini tidak cukup untuk menebus kekafiran seseorang!
والاستعداد ليوم الرحيل
4. Selalu bersiap-siap menghadapi pengadilan akhirat.
Akhirat adalah perjalanan panjang, butuh banyak bekal dan persiapan. Allah mengingatkan:
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Al Baqarah: 281).
Semoga Allah menjadikan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa.
(Faidah dari salah satu ceramah Ramadhan Ustadz Afifi Abdul Wadud hafizhahullah)