Suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada seorang budak wanita, “Di manakah Allah ?”
Sang budak wanita menjawab : (الله في السماء)
“Allah berada di atas langit “
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membenarkan jawaban wanita tersebut. (Lihat H.R Muslim )
=======================
Kosakata dalam hadits tersebut :
- (الله) = Allah
- (في) = di (di dalam)
- (السماء) = langit
Terjemahnya berdasarkan kosakata di atas = Allah di dalam langit
Jika jawaban budak wanita tersebut kita terjemahkan seperti di atas, mungkin akan muncul beberapa kerancuan. Misalnya, jika dikatakan “Allah di dalam langit”, maka Allah berada di dalam langit dan Allah akan diliputi oleh langit, artinya Allah diliputi oleh makhluknya. Atau bisa juga dipahami kalau begitu Allah lebih kecil dari langit karena Allah berada di dalamnya, dan penyataan lain yang serupa. Tentu saja anggapan tersebut adalah anggapan yang keliru dan batil. Allah Maha Sempurna dan Allah tersucikan dari sifat-sifat tersebut.
Agar tidak rancu dan salah paham, kita perlu membahas masalah ini. Untuk memahaminya, kita perlu memahami makna fii (في) dan makna as samaa’ (السماء) dalam hadits tersebut.
Para ulama menjelaskan, makna fii (في) dalam hadits di atas bisa mengandung dua makna :
(1). Fii (في) yang mengandung makna ‘alaa (على). Arti ‘alaa (على) = di atas. Sehingga makna hadits di atas : “ Allah di atas langit “. Makna ini seperti ini terdapat dalam Al Qur’an :
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ
“Katakanlah: “Berjalanlah di atas muka bumi” (Al Ankabut :20)
Makna fii (في) dalam ayat ini adalah ‘alaa (على) yang artinya di atas, bukan di dalam.
Dengan penjelasan ini, makan makna hadits menjadi: “Allah (berada) di atas langit”
(2). Fii (في) sebagai dhorf makan (kata depan yang menunjukkan tempat). Jika dimaknai demikian, maka makna samaa’ (السماء) dalam ayat tersebut adalah ‘uluwwu (العلو) yang artinya arah atas/sesuatu yang di atas. Makna seperti ini terdapat dalam Al Qur’an :
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء
“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari atas “ (An Nahl ;10)
As samaa’ (السماء) dalam ayat tersebut artinya bukan langit, karena hujan bukan turun dari langit tetapi turun dari awan. Makna yang tepat untuk samaa’ (السماء) dalam ayat di atas adalah ‘uluwwu (العلو) yang artinya arah atas/sesuatu yang di atas. Sehingga makna ayat adalah “Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari atas”
Dengan penjelasan ini, maka makna hadits tersebut menjadi , “ Allah berada di atas”
Penjelasan kedua makna tersebut benar. Ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala adalah yang Maha Tinggi zat dan sifat-Nya. Allah berada di atas seluruh para makhluknya. Inilah keyakinan yang benar berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah serta kesepakatan para ulama.
Faidah :
Agar bisa memahami dengan benar makna hadits di atas, seseorang perlu modal bahasa Arab. Jika hanya mengandalkan terjemahan saja, mungkin seseorang akan rancu dan salah paham. Oleh karena itu, penting bagi seorang muslim untuk mempelajari bahasa Arab, yang merupakan bahasa Al Qur’an dan Al Hadits. Tanpa bermodalkan bahasa Arab, seseorang bisa saja keliru dalam memahami agama seperti contoh di atas.
Semoga bermanfaat.
Sumber bacaan : http://islamqa.info/ar/131956
Penyusun : dr Adika Mianoki (Alumni Ma’had ‘Ilmi)
Kalo Allah diatas langit atau Allah hanya diatas saja menurut penjelasan antum,,,berarti Allah tidak dibawah ya?
Atas, bawah, kanan, kiri, itu kan suatu tempat, berarti Allah membutuhkan tempat?
Allah membutuhkan sesuatu?
Katanya Allah ghoniyyun? Dzat yang tak membutuhkan sesuatu yg lain?
@ Mashudi, silahkan baca penjelasan orang yag Faqih dalam memahami ini, yaitu Para imam Mazhab.:
https://rumaysho.com/933-di-manakah-allah-4.html
أسعدك المولى وجعل ما تقدمه في ميزان حسناتك