“Nak, di zaman modern sekarang, jika kamu ingin jadi orang yang sukses dan menjadi orang besar maka kuasailah teknologi, komputer dan bahasa Inggris”
Itulah nasehat seorang ayah kepada anaknya agar anaknya kelak menjadi orang yang “sukses”. Tentunya kesusksesan yang dimaksud sang ayah adalah kesuksesan di dunia yang sangatlah sebentar jika dibandingkan keabadian akhirat, sedangkan kita sebagai seorang muslim yang percaya akan akhirat maka kesuksesan adalah apa yang dituntun oleh Al-Qur’an:
فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَاز
“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung/sukses” (Ali Imran:185)
Syaikh Muhammad bin nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata menjelaskan ayat ini,
ومفهوم الآية، أن من لم يزحزح عن النار ويدخل الجنة، فإنه لم يفز،
بل قد شقي الشقاء الأبدي، وابتلي بالعذاب السرمدي
“Mafhum ayat (mukhalafah/kebalikannya, pent), barangsiapa yang tidak dijauhkan dari neraka dan tidak dimasukkan kesurga maka ia tidak beruntung/sukses, bahkan termasuk orang yang paling celaka selama-lamanya dan disiksa dengan azab yang kekal.” (Taisir karimir rahmaan hal 142, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet. I, 1424 H)
Salah satu nasehat sang ayah diatas adalah agar anaknya menguasai bahasa Inggris, inilah fenomena kaum muslimin saat ini, mereka menaruh perhatian yang sangat besar dengan bahasa Inggris. Sejak kecil anak diajarkan dan dibiasakan bahasa Inggris, Kursus-kursus bahasa Inggris menjamur diberbagai tempat dengan biaya yang cukup tinggi, para pemuda berlomba-lomba berbahasa Inggris sebagai simbol anak gaul dan bahasa yang keren. Level pendidikan kurang bonafit levelnya jika tidak memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Hal ini bukanlah tercela karena Bahasa Inggris merupakan hal yang mubah dan merupakan wasilah sebagaimana ketika Syaikh Al-Utsaimin rahimahullahu ditanya,
وسئل فضيلة الشيخ : عن حكم تعلم اللغة الإنجليزية في الوقت الحاضر؟
“Apa hukum mempelajari bahasa Inggris sekarang ini?”.
فأجاب فضيلته: بقوله: تعلمها وسيلة، فإذا كنت محتاجاً إليها كوسيلة في الدعوة
إلى الله فقد يكون تعلمها واجباً ، وإن لم تكن محتاجاً إليها فلا تشغل
وقتك بها واشتغل بما هو أهم وأنفع، والناس يختلفون في حاجتهم إلى تعلم اللغة الإنجليزية
Beliau menjawab: “ Mempelajarinya adalah wasilah, jika engkau membutuhkannya sebagai wasilah berdakwah kepada Allah maka hukumnya wajib, jika engkau tidak membutuhkannya maka janganlah engkau menyibukkan waktumu dengannya, sibukkanlah dirimu dengan yang lebih penting dan bermanfaat, dan manusia berbeda-beda kebutuhannya terhadap bahasa Inggris(Kitabul ilmi hal 93, Darul itqon Al Iskandariyah).
Bahkan syaikh Al-Utsaimin rahimahullahu berandai-andai bisa berbahasa Inggris,
“Aku sendiri berangan-angan, andai saja aku bisa menguasai bahasa Inggris. Sungguh, aku melihat terdapat manfaat yang amat besar bagi dakwah jika saja bahasa Inggris bisa kukuasai. Karena jika kita tidak menguasai bahasa tersebut, bagaimana kita bisa berdakwah jika ada yang masuk Islam di hadapan kita.” (Liqo’ Al Bab Al Maftuh kaset no. 61, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, dinukil dari rumaisyo.com)
Jadi, bukanlah bahasa Inggris yang tercela akan tetapi porsi perhatian kaum muslimin terhadap bahasa Inggris sehingga mengalahkan bahasa Arab. Bahasa Arab seakan-akan bahasa yang tidak dikenal dan tidak populer dikalangan kaum muslimin. Padahal bahasa Arab adalah bahasa yang Allah pilih sebagai bahasa untuk menjelaskan agama Islam yang mulia ini. Bagaimana kaum muslimin bisa sukses yang sesungguhnya jika tidak mampu memahami secara sempurna petunjuk jalan kesusksesan yang Allah telah jelaskan dalam kitab-Nya. Melalui risalah ini kita akan mengenal lebih dekat dengan bahasa Arab agar kita lebih bersemangat mempelajari dan mencintai bahasa Arab.
Bahasa Arab adalah bahasa agama Islam dan bagian dari agama Islam
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (yusuf:2)
Ibnu Katsir Rahimahullahu berkata menafsirkan ayat ini:
وذلك لأن لغة العرب أفصح اللغات وأبينها وأوسعها، وأكثرها تأدية للمعاني التي تقوم بالنفوس؛ فلهذا أنزل أشرف الكتب بأشرف اللغات، على أشرف الرسل، بسفارة (8) أشرف الملائكة، وكان ذلك في أشرف بقاع الأرض، وابتدئ إنزاله في أشرفشهور السنة وهو رمضان، فكمل من كل الوجوه
“Yang demikian itu (bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab) karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Oleh karena itu kitab yang paling mulia diturunkan (Al-Qur’an) kepada rasul yang paling mulia (Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam), dengan bahasa yang termulia (bahasa Arab), melalui perantara malaikat yang paling mulia (Jibril), ditambah diturunkan pada dataran yang paling muia diatas muka bumi (tanah Arab), serta awal turunnya pun pada bulan yang paling mulia (Ramadhan), sehingga Al-Qur’an menjadi sempurna dari segala sisi.” [Tafsirul Qur’an Al-Adzim 4/366, Darul Thayyibah, cet.ke-2, 1420 H, Asy-Syamilah]
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَإِنَّهُ لَتَنزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ١٩٣. نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ ١٩٤.
عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنذِرِينَ ١٩٥. بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِينٍ
“Dan Sesungguhnya Al Qur’an ini benar – benar diturunkan oleh Pencipta Semesta Alam, dia dibawa turun oleh Ar ruh Al Amiin (Jibril), kedalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang – orang yang memberi peringatan, dengan Bahasa Arab yang jelas.” (As Syu’araa : 192-195)
Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu berkata,
تعلموا العربية فإنها من دينكم وتعلموا الفرائض فإنها من دينكم
“Pelajarilah bahasa Arab, sesungguhnya ia bagian dari agama kalian, pelajarilah ilmu waris karena merupakan bagian dari agama kalian.” (Iqtidho’ shiratal mustaqim 527-528 jilid I, tahqiq syaikh Nashir Abdul karim Al–‘Aql, Wizarot Asy Syu-un Al Islamiyah wal Awqof)
kewajiban mempelajari Bahasa Arab
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu Berkata,
فإن نفس اللغة العربية من الدين، ومعرفتها فرض واجب، فإن فهم الكتاب
والسنة فرض، ولا يفهم إلا بفهم اللغة العربية، وما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب
“Dan sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian dari agama dan hukum mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab dan As-Sunnah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa difahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga hukumnya wajib.”(Iqtidho’ shiratal mustaqim hal 527 jilid I)
Hukum wajib diperoleh dari kaidah yang dibawakan oleh para ulama,
مَا لاَ يَتِمٌّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
“Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya (satu-satunya sarana, pent) maka ia juga hukumnya wajib.”
Agar lebih memahami kaidah ini, perhatikan contoh yang dibawakan oleh syaikh Utsaimin rahimahullah,
“Jika tiba waktu sholat, seseorang tidak mempunyai air (untuk berwudhu, pent), kemudian ia mendapati air yang di jual, maka apa hukum membeli air?”. Beliau manjawab, “wajib”. (catatan: ia sangat mampu membeli air dan membeli air satu-satunya sarana untuk berwudhu, pent).” (lihat syarhu nadzmil waroqoot hal 20, Darul Aqidah)
Jadi, bahasa Arab hukumnya fardhu/wajib, dan perlu dirinci agar tidak salah paham, bahwa ada bagian bahasa Arab yang fardhu ‘ain dan fardhu kifayah, serta tidak semua orang wajib mempelajarinya karena ada yang tidak mampu seperti orang sudah sangat tua dan tempat dimana tidak ada pengajaran bahasa Arab.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
ثم منها ما هو واجب على الأعيان، ومنها ما هو واجب على الكفاية، وهذا معنى ما رواه أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا عيسى بن يونس، عن ثور، عن عمر بن زيد: كتب عمر إلى أبي موسى رضي الله عنه: “أما بعد. فتفقهوا في السنة، وتفقهوا في اللغة وأعربوا القرآن، فإنه عربي
“Disana ada bagian dari bahasa Arab yang wajib ‘ain dan ada yang wajib kifayah.Dan hal ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari ‘Isa bin Yunus dari Tsaur, dari Umar bin Yazid, beliau berkata: Umar bin Khattab menulis kepada Abu Musa Al-Asy’ari (yang isinya), “Pelajarilah As-Sunnah, pelajarilah bahasa Arab dan I’rablah Al-Qur’an karena Al-Qur’an itu berbahasa Arab.”(Iqtidha’ shiratal mustaqim hal 527 jilid I).
Kemudian yang dimaksud dengan bagian bahasa Arab yang fardhu ‘ain adalah ilmu nahwu dan shorof dasar sehingga cukup untuk memahami Al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan bagian yang fardhu kifayah seperti ‘Aruudh dan Qafiyah (ilmu kaidah syair). Oleh karena itu, bagi para pemuda khususnya para pemegang estafet dakwah dan akan berbicara tentang agama di mimbar-mimbar maka tidak ada udzur untuk tidak belajar bahasa Arab.
Berusaha mengutamakan bahasa Arab dari bahasa yang lain
Mengingat keadaan kaum muslimin saat ini yang kurang peduli terhadap bahasa Arab dan menomorduakannya dari bahasa yang lain, maka perhatikan nasehat para ulama;
Syaikhul Islam rahimahullah Berkata,
وأما اعتياد الخطاب بغير اللغة العربية، التي هي شعار الإسلام ولغة القرآن حتى يصير ذلك عادة للمصر وأهله، أو لأهل الدار، للرجل مع صاحبه، أو لأهل السوق، أو للأمراء، أو لأهل الديوان، أو لأهل الفقه، فلا ريب أن هذا مكروه فإنه من التشبه بالأعاجم
“Dan adapun membiasakan berkomunikasi dengan selain bahasa Arab, -bahasa Arab merupakan syi’ar Islam dan bahasa Al-Qur’an-, sehingga bahasa selain bahasa Arab menjadi kebiasaan bagi suatu daerah dan penduduknya, seseorang dengan sahabatnya, orang-orang dipasar atau para pejabat atau para karyawan atau para ahli fiqih, maka tidak diragukan lagi hal ini dibenci. Karena sesungguhnya hal itu termasuk tasyabbuh (menyerupai) dengan orang ‘ajam (non-Arab, saat itu mayoritas kafir, pent) dan ini hukumnya makruh.” (Iqtidho’shiratal mustaqim hal 526 jilid I).
Beliau menjelaskan juga:
كراهته أن يتعود الرجل النطق بغير العربية فإن اللسان العربي
شعار الإسلام وأهله، واللغات من أعظم شعائر الأمم التي بها يتميزون
“Dibenci seseorang membiasakan diri berbicara dengan selain bahasa Arab, karena bahasa Arab merupakan syi’ar islam dan pemeluknya, bahasa adalah syi’ar terbesar suatu bangsa yang dengannya bisa dibedakan (dengan karakteristik bahasa, pent) .”(Iqthido’ shiratal mustaqim hal 519 jilid I).
Imam Asy Syafi’i rahimahulloh -yang mazhabnya menjadi mazhab mayoritas di Indonesia- berkata,
سمى الله الطالبين من فضله في الشراء والبيع تجاراً، ولم تزل العرب تسميهم التجار ثم سماهم رسول الله صلى الله عليه وسلم بما سمى الله به من التجارة بلسان العرب، والسماسرة اسم من أسماء العجم، فلا نحب أن يسمى رجل يعرف العربية تاجراً، إلا تاجراً، ولا ينطق بالعربية فيسمي شيئاً بأعجمية، وذلك أن اللسان الذي أختاره الله عز وجل لسان العرب، فأنزل به كتابه العزيز وجعله لسان خاتم أنبيائه محمد صلى الله عليه وسلم، ولهذا نقول: ينبغي لكل أحد يقدر على تعلم العربية أن يتعلمها، لأنها اللسان الأولى، بأن يكون مرغوباً فيه من غير أن يحرم على أحد أن ينطق بأعجمية.
“Allah menamakan orang-orang yang mencari karunia Allah melalui jual-beli (berdagang) dengan nama tujjar (para pedagang-pent), kemudian Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menamakan mereka dengan penamaan yang Allah telah berikan, yaitu (tujjar) dengan bahasa Arab. Sedangkan “samaasiroh” adalah nama dari bahasa ‘ajam (selain Arab). Maka kami tidak menyukai seseorang yang mengerti bahasa Arab menamai para pedagang kecuali dengan nama “tujjar” dan janganlah seseorang yang berbahasa Arab lalu ia menamakan sesuatu dengan bahasa ‘ajam. Hal ini karena bahasa Arab adalah bahasa yang telah dipilih oleh Allah , sehingga Allah menurunkan kitab-Nya dengan bahasa Arab dan menjadikan bahasa Arab menjadi bahasa penuntup para nabi, yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, kami katakan sepantasnya setiap orang yang mampu belajar bahasa Arab mempelajarinya karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling pantas dicintai tanpa harus melarang seseorang berbicara dengan bahasa yang lain.”
فقد كره الشافعي لمن يعرف العربية، أن يسمى بغيرها،
وأن يتكلم بها خالطاً لها بالعجمية
Imam Syafi’i membenci orang yang mampu berbahasa Arab namun dia menamakan dengan selain bahasa Arab atau dia berbahasa Arab namun mencampurinya dengan bahasa ‘ajam .” (lihat Iqtidho’ shiratal mustaqim hal 521-522 jilid I).
Bahasa Arab sulit dipelajari?
Anggapan yang keliru ini bisa bantah dengan berkaca pada sejarah Islam saat Islam berjaya, dimana Bahasa Arab menyebar dan dipelajari diberbagai negeri.
Syaikhul Islam rahimahullah menceritakan,
ولهذا كان المسلمون المتقدمون لما سكنوا أرض الشام ومصر، وأهلهما رومية، وأرض العراق وخراسان ولغة أهلهما فارسية، وأهل المغرب، ولغة أهلها بربرية – عودوا أهل هذه البلاد العربية، حتى غلبت على أهل هذه الأمصار: مسلمهم وكافرهم،
“Oleh karena itu dahulu kaum muslimin ketika menduduki Syam dan Mesir, yang penduduk kedua kota tersebut berbahasa Romawi dan menduduki Irak. Khurasan, yang penduduk kedua kota tersebut berbahasa Persia serta menduduki Maghrib yang penduduknya berbahasa Bar-bar, maka kaum muslimin membiasakan penduduk kota tersebut berbahasa Arab, sehingga mendominasi penduduknya, baik muslimnya atau kafirnya.” (Iqtidho’ shiratal mustaqim hal 526 jilid I).
Orang yang mengatakan sulitnya mempelajari bahasa Arab dengan banyaknya kaidah, hafalan tashrif (cetakan kata), rumitnya balaghoh, maka ia terburu-buru, tidak sabar dan tidak memahaminya dari dasar.
Syaikh Al-Utsaimin Rahimahullah berkata:
النحو سهل و سلمه قصير و درجته سهلة لكن تفهمها من أوله
“Ilmu Nahwu (salah satu cabang bahasa Arab, pent) adalah mudah, tangganya (untuk mencapainya, pent) pendek, dan tingkatannya sederhana, akan tetapi engkau memahaminya dari awalnya,” (dikutip dari At-Tashil fi ma’rifati lughotit tanzil, Abu Muslih Ari Wahyudi, Pustaka Muslim).
Penutup
Marilah kita memberikan porsi yang lebih dalam mempelajari bahasa Arab, mempelajarinya, mengajarkan dan menyebarkannya di negeri-negeri islam serta membiasakan berbahasa dengannya. Terutama para pemuda islam dan aktivis dakwah yang memegang amanah dakwah Sehingga kita semua bisa sukses dunia akherat dengan bahasa Arab. Aamin ya mujibas sa’ilin.
Penulis : Al Ustadz dr Raehanul Bahraen